Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan kemuliaan dan keberkahan. Pada bulan Ramadhan, seluruh umat Islam di dunia diperintahkan untuk melaksanakan ibadah puasa sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah S.W.T. Secara terminologis, puasa merupakan suatu bentuk ibadah dengan cara menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual, dan perbuatan-perbuatan yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Sebagai sebuah aktivitas ibadah, puasa diketahui dapat memberikan dampak yang positif terhadap kesehatan umat manusia. Tidak hanya pada kesehatan fisik, tetapi juga pada kesehatan jiwa individu [1].
Kesehatan jiwa adalah keharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa serta kesanggupan untuk menghadapi masalah yang terjadi serta terhindar dari kegelisahan dan konflik batin [2]. Kriteria kesehatan jiwa yang ditetapkan oleh WHO, yaitu mudah beradaptasi, merasa puas dengan hasil jerih payang usahanya, lebih suka memberi daripada menerima, relatif terbebas dari rasa tegang dan cemas, mampu mengembangkan sikap dan perilaku positif dalam berhubungan dengan orang lain, menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pembelajaran, mampu mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian masalah yang kreatif dan konstruktif, dan mempunyai kasih sayang yang besar terhadap sesama [3]. Dengan kata lain, individu yang sehat secara mental adalah individu yang dalam tingkah lakunya dapat serasi dan tepat, serta diterima oleh masyarakat umum sehingga ada relasi interpersonal dan intersosial yang saling memuaskan.
Apabila ditinjau lebih dalam, inti dari ibadah puasa adalah pengendalian diri atau self-control. Self-control dimaknai sebagai kemampuan individu untuk menahan diri atau mengarahkan diri ke arah yang lebih baik ketika dihadapkan dengan godaan-godaan [4]. Di dalam self-control, terdapat dua dimensi, yaitu mengendalikan emosi dan disiplin. Ketika berpuasa, individu diajak untuk dapat mengendalikan keinginan, membangun interaksi sosial terhadap lingkungan sekitarnya, dan mengendalikan marah [5]. Di samping itu, juga mengarahkan diri pada aktivitas-aktivitas yang mendekatkan pada kemuliaan berpuasa untuk beribadah kepada Allah S.W.T. Pengendalian diri atau self-control ini menjadi penting karena merupakan salah satu komponen utama untuk menjadi individu dengan jiwa yang sehat [6]. Adanya kemampuan pengendalian diri yang baik akan mampu mengarahkan tingkah laku individu secara tepat dan diterima oleh masyarakat umum. Individu dengan pengendalian diri yang baik akan memiliki optimisme, energi yang positif, mampu menyelesaikan masalah, dan mampu mengendalikan emosi sehingga akan terhindar dari gangguan kesehatan jiwa baik ringan maupun berat. Jika pengendalian diri tersebut terganggu, akan timbul berbagai reaksi patologik yang tidak hanya menimbulkan konflik bagi individu namun juga lingkungan sekitar [7].
Dari uraian di atas, puasa dapat dilihat sebagai sarana menyehatkan jiwa karena mampu melatih individu dalam mengendalikan diri dari dorongan yang muncul, baik dari internal maupun eksternal. Puasa dapat menjadi momentum yang baik untuk membentuk jiwa yang sehat, tidak hanya secara fisik namun juga secara mental, di samping sebagai sarana untuk meningkatkan level keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah S.W.T.
***
[1] Mousavi, S.A., Rezaei, M., Amiri Baghni, S., & Seifi, M. (2014). Effect of fasting on mental health in the general population of kermanshah iran. Journal of Fasting and Health, 2(2), 65-70.
[2] Bastaman, H.D. (1995). Intergrasi Psikologi dengan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[3] Hawari, D. (2002). Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. Jakarta: Bala Penerbit FK UI.
[4] Hofmann, W., Baumeister, R.F., Förster, G., & Vohs, K.D. (2011). Everyday temptations: An experience sampling study on desire, conflict, and self control. Journal of Personality and Social Psychology.
[5] Abdar, Z.E., Dehghani, L., Abdar, M.E., & Tajadini, H. (2016). Analyzing the effects of the Ramadan on the mental and social aspects of kerman’s university of medical sciences’ personnel. Revue Litteraire Mensuelle, 542-546.
[6] Boals, A., Vandellen, M.R., & Banks, J.B. (2011). The relationship between self-control and health: The mediating effect of avoidant coping. Psychology & Health, 26(8), 1049-1062.
[7] Hawari, D. (2002). Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. Jakarta: Bala Penerbit FK UI.